Senin, 19 November 2012

Menunggu

MENUNGGU…

Karya  : Raissa W. Zaharah
Kelas   : XI-IPA-2

"Malam ku kelam...

Malam ku suram...

Malam yang tiada cahaya...

Malam yang tiada kehangatan..."

Aku duduk termanggu di bawah jendela sambil menatap lurus ke awan yang sudah mulai menghitam.

Tampak bintang-bintang mulai hadir untuk menghiasi langit-langit. Tidak adanya bulan malam itu. Malam itu tak lengkap..

Aku masih duduk termanggu sambil sesekali memperhatikan telepon genggam yang ku pegang.

Tidak ada tanda-tanda apapun disitu. Aku menghela napas dengan berat.

Kutekukkan kepala ku hingga menyentuh lutut, dan kulingkarkan tanganku untuk memeluk badanku yang kedinginan.

Angin masuk melalui jendela yang masih terbuka lebar. Ku kencangkan kembali lingkaran tanganku,agar hangat..

Aku tau, kalau aku menunggu seseorang yang tak pasti..

Aku tau, kalau dia takkan kembali..

Aku tau..!!

Tak kusangka butir-butir bening mengalir di pipi-ku. Ku dongakkan kepalaku ke atas dan menatap langit-langit.

Dan butir-butir bening itu semakin deras mengalir.

***

1 Tahun yang lalu...

"PERHATIAN KEPADA SELURUH PENUMPANG AGAR BERSIAP-SIAP KARNA SEBENTAR LAGI PESAWAT AKAN LEPAS LANDAS"

"Baik-baik disana ya swaggy"  kata ku sambil mencium tangannya

"kalau sudah sampai jangan lupa kabarin aku" lanjut ku

"iya shawty, pasti. tunggu aku ya. Aku mencintaimu shawty" balas nya

"pasti swaggy. aku akan menunggu mu" ucap ku

Dia mencium kening dan kemudian memeluk ku. Terasa sangat hangat...

Ini adalah perjumpaan kami yang terakhir karna dia harus melanjutkan kuliah nya di Amerika.

Di airport ini lah sebagai saksi bisu tempat dimana kami melakukan janji.

Dan aku hanya bisa merelakan dan menunggu kehadirannya kembali.

1 Tahun adalah waktu yang sangat lama.

Dan sudah 8 bulan kepergiannya, hari-hari ku semakin suram. Tidak ada yang mewarnai setelah dia pergi.

Dan kami sudah kehilangan kontak sejak 3 bulan kepergiannya. Aku menunggu kabar darinya.

Namun, kabar yang ditunggu-tunggu tak kunjung tiba.

Hingga suatu pagi....

"neng,, ada surat nih" sapa seorang laki-laki yang memakai seragam. Tampaknya dia utusan dari kantor pos, yang  tugasnya mengantarkan surat.

"Dari siapa?" jawab ku

"yah, bapak kurang tau neng.  disini tidak tertera nama pengirimnya. Tapi, alamat nya neng" lanjut bapak postman

"Dari mana, pak ?" lanjut ku dengan mimik was-was

"hemp.. Amerika neng" sambung nya

Tanpa pikir panjang, aku langsung merampas surat itu dari tangan si postman.

"makasiih ya bapak " kata ku sambil berlari ke dalam rumah meninggalkan bapak postman.

"yaa neng.. samaaa-samaa !" teriak bapak itu

Aku senang, ternyata dia mengirimkan kabar pada ku.

Walau hanya sepucuk surat yang dia beri, tapi itu sudah cukup menghilangkan rasa rinduku.

Dengan perlahan, aku koyakkan kertas amplopnya. Dan dengan hati-hati aku membuka lalu membacanya...

Dear Fanya,

Bagaimana Kabarmu ?

Aku disini baik-baik saja.

Maaf  lama tak mengabari mu.

Aku sibuk.

Aku harap kau mengerti.

Ada sesuatu hal yang inginku katakan.

Aku mencintai mu.

Aku menyayangi mu.

Tapi, aku ingin hubungan kita harus berakhir disini.

Maafkan aku fanya. Mungkin ini menyakitkan buat mu.

Tapi aku harus melakukannya. Ada sesuatu hal yang tidak bisa aku jelaskan mengapa aku melakukannya.

Kau harus lupakan aku secepatnya.

Kau harus kuat biarpun tak ada aku.

Aku tidak ingin kau tersiksa lama.

Jaga dirimu baik-baik.

Tangan ku bergetar, Aku tak kuasa. Dan tetes air mata perlahan membasahi pipi.

Setelah beberapa lama kami tak jumpa, inikah balasan nya terhadap ku ??

Rinduku yang tadi nya menggebu-gebu, kini telah goyah. Rasa sakit kini kembali hadir.

Kenapa dia menulis ini ??

Kenapa dia lakukan ini kepada ku ??
kenapa ??

Aku membekapkan kepala dengan bantal dan menangis.

Aku tidak akan bisa melupakan mu. Aku tidak akan melupakan semua kenangan yang sudah kita lalui bersama.

Kau yang terindah..

Kau yang sudah membuat ku paham akan arti cinta..

Kau yang sudah mendewasakan aku..

Aku duduk, dan mengusap air mata ku dengan keduan telapak tangan ku.

Setelah beberapa lama aku menangis, itu membuat ku letih.

Ku remas kuat-kuat surat dari nya dan ku lemparkan  asal.

“Sam, aku tetap akan menunggu mu. Biar pun kau menyuruhku begitu. Aku akan tetap akan mencintai mu” batinku.

Dengan sisa kekuatan ku, aku membalas surat nya.

Dear sam,

Have a great life ahead.

Aku engga pernah percaya pada kebetulan.

Tapi, aku bersyukur jalur kita pernah bersinggungan.

Aku akan tetap menunggumu.

And, I thank God for you.

***

Ku jalani hari-hari ku dengan tidak keberdayaan.

Waktu ku yang tersisa hanya untuk menunggu kedatangannya.

Menunggu kehadirannya.

Tiap malam aku selalu memandangi langit. Berharap ada bulan yang hadir untuk menyinari nya. Kenyataannya tidak ada. Tidak ada cahaya dan tidak ada kehangatan.

“Cinta ku kandas..

Cinta ku mati…

Cinta ku suram…

Cinta ku kelam…

Aku menunggu kehadiran cinta ku…

Sampai akhir hayat ku..

Di ruangan yang sempit dan gelap ini lah sebagai saksi bisu tempat aku menunggu mu.”

 

                          

 

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar